
Jakarta, 09-05-2025 (HUMAS MAN 3 Jakarta Pusat) – Mentari belum sepenuhnya menyingsing, namun semangat siswa-siswi MAN 3 Jakarta Pusat sudah menyala dalam hening yang syahdu. Tepat pukul 06.30 WIB, satu per satu siswa mengenakan seragam rapi, memasuki Masjid Al-Ikhwan dengan langkah ringan namun penuh tujuan. Hari itu adalah hari TALIA pembiasaan Tadarus, Tahlil, dan Dhuha, yang telah menjadi denyut spiritual pagi hari madrasah ini.
Semua siswa hadir dengan penuh khidmat, didampingi oleh bapak dan ibu guru yang menyambut di depan gerbang madrasah bersama pengurus OSIM yang bertugas menyambut siswa dengan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun). Sebuah kebersamaan yang menciptakan suasana hangat dan penuh berkah.

Kelas X.2 mendapat tugas TALIA hari ini dengan suara yang jernih dan tajam, menembus relung hati para pendengar. Kegiatan dimulai dengan sholawat dan dzikir tahlil secara singkat, lalu mengalir ke tadarus Al-Qur’an bersama. Tidak ada suara gaduh, hanya lantunan ayat-ayat suci yang memenuhi udara. Sholat Dhuha pun dilaksanakan dengan bimbingan Bapak Helmy Wijaya, M.Pd.I., seorang guru yang dikenal dengan keteguhannya dalam membimbing siswa menuju kehidupan ruhani yang lebih baik.

Siswa putra menempati lantai dasar, sedangkan putri berada di lantai dua. Adapun siswi yang sedang berhalangan tetap dibina oleh ibu guru piket dengan hafalan surat pendek Al-Qur’an—karena setiap hati tetap dapat ikut bersujud meski dengan cara berbeda.
Karena madrasah ini percaya bahwa ilmu tanpa adab dan ruhani adalah kosong. Dengan membiasakan dzikir, tadarus, dan sholat Dhuha, siswa dilatih untuk tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga tajam secara spiritual.

Dengan alur terstruktur namun hangat. Mulai dari sambutan guru, dzikir bersama, tadarus oleh petugas kelas X.2, sholat Dhuha secara Munfarid, hingga doa penutup. Semuanya berjalan tertib, seolah menyatu dalam irama ibadah yang tenang dan mendalam.
Jumat itu bukan sembarang Jumat. Ia adalah gerbang menuju hari penuh keberkahan. Dan di MAN 3 Jakarta Pusat, pagi itu menjadi bukti bahwa pelajar yang menyatu dengan Al-Qur’an adalah cahaya bagi masa depan umat. Maka siapa bilang ibadah harus menunggu dewasa? Di sini, anak-anak muda sudah belajar menundukkan dunia dalam sujud yang sunyi.