
Jakarta, 10-05-2025 (HUMAS MAN 3 Jakarta Pusat) – Sabtu malam yang biasanya lengang berubah menjadi arena perjuangan bagi 25 Calon Penegak Laksana dari Pramuka MAN 3 Jakarta Pusat. Tepat pukul 21.00 WIB, halaman madrasah telah dipenuhi para peserta yang bersiap melakukan perjalanan tak biasa. Perjalanan Bakti sejauh 10 kilometer yang harus mereka tempuh dengan berjalan kaki mengelilingi wilayah Jakarta Pusat.
Kegiatan ini bukanlah sekadar jalan malam, melainkan bentuk implementasi nyata dari salah satu syarat kenaikan tingkat dalam Syarat Kecakapan Umum (SKU) Penegak Laksana. Dengan rute yang telah disusun sedemikian rupa, mereka tidak hanya melintasi jalan, tetapi juga menapaki sejarah, toleransi, serta nilai-nilai kebangsaan melalui kunjungan ke Rumah Ibadah, Pusat Pemerintahan, dan Museum yang dilewati sepanjang rute.

Dari MAN 3 Jakarta Pusat, rute dimulai menuju Perempatan Rawasari, lanjut ke ITC Cempaka, Pangkalan Asem, Percetakan Negara, Pasar Genjing, Perempatan Pemuda, dan kembali ke Perempatan Rawasari sebelum akhirnya kembali ke titik awal. Meski malam menyelimuti, semangat para calon Penegak Laksana menyala terang. Mereka berjalan beriringan, bercanda, saling menyemangati, dan tetap menjaga ketertiban.
Kegiatan ini diikuti oleh siswa-siswi kelas 10 dan 11, antara lain: Muhammad Ibrahim Salim (11.4), Denta Bakti Wiratama (11.1), Dirga Fardhan Tradika (10.7), Ghozy Zamani (10.7), Muhamad Pashanova Sugita (11.5), Khoirusshabri Muazzam (11.5), Faiz Fikhaar Pratama (10.5), Reza Pahlevi (11.6), Muhammad Julianto (11.1), Ridho Abdul Hafizh (11.8), Rafif Muhammad Fadhil (10.6), Valdis Adiran Fatih (11.1), Nalika Amira Fifaeri (11.6), Anggita Fadhilah (11.8), Alya Chiquita Marsya (11.3), Zaskia Putri Wulandari (11.4), Syandra Cinta Saphira (11.4), Saskia Zahiira (11.2), Radhia Manahil Nawar (11.7), Rara Fatta Aullia (11.7), Zahida Arina Rahmatika (11.6), Ledia Hanifa Amalia (11.6), Rima Zuhdiah (11.8), Haura Karima Sholihah (11.3), dan Khanza Aulia Rahman (11.3).

“Kegiatan ini penting karena untuk kenaikan tingkat Laksana. Dikarenakan para anggota kami pada sibuk dengan urusan les, ngaji, dan lainnya, maka kami adakan di malam hari,” ujar Muhamad Pashanova Sugita (11.5). Keterbatasan waktu di siang hari justru menjadi peluang untuk menciptakan pengalaman tak terlupakan di malam hari.
Khoirusshabri Muazzam (11.5) menambahkan, “Kegiatan ini sangat positif, selain untuk kenaikan pangkat, kegiatan ini banyak manfaatnya seperti melatih simpati dan empati terhadap teman karena di pramuka diajarkan kekeluargaan dan kebersamaan. Selain itu, ini juga melatih fisik.”

Diawali dengan apel pembukaan, pembacaan doa, dan pengarahan oleh pembina, peserta diberangkatkan pukul 21.30 WIB. Dengan mengenakan seragam lengkap dan perlengkapan senter serta buku catatan kecil, mereka menyusuri rute yang telah ditetapkan. Setiap pos yang dilewati mencatat kehadiran dan melakukan dokumentasi sederhana, termasuk menuliskan catatan kecil tentang tempat yang dilewati.
Ketika pukul 01.30 dini hari mereka tiba kembali di MAN 3 Jakarta Pusat, wajah lelah tergantikan dengan ekspresi bangga. Mereka baru saja menyelesaikan salah satu tantangan terberat dalam jenjang Pramuka Penegak.
“Saya belajar banyak malam ini. Bukan cuma soal peta dan arah, tapi soal teman, soal arti kebersamaan, dan soal bertahan di saat orang lain mungkin sudah menyerah,” ujar Syandra Cinta Saphira (11.4), sambil tersenyum meski kakinya terasa pegal.

Perjalanan Bakti ini memang telah usai. Tapi, nilai-nilai yang tertanam dalam diri para peserta akan terus hidup. Mereka telah membuktikan bahwa semangat pramuka bukan sekadar simbol dan yel-yel, tetapi hidup dalam langkah nyata, dalam malam panjang yang penuh makna.
Di tengah kota yang tak pernah tidur, para Penegak Laksana ini telah menulis kisahnya sendiri. Kisah tentang perjuangan, kebersamaan, dan kedewasaan. Dan begitulah, ketika orang lain memilih tidur, mereka memilih bangkit. Menjelajah. Menapaki jejak-jejak laksana. Siap menghadapi tantangan berikutnya sebagai generasi muda yang tangguh dan berkarakter.